Selasa, 04 Oktober 2011

PREDIKSI UN 2012

MODUL 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Program : XII/ IPA, IPS
Penyusun : Ari Atmaji, M.Pd.


1. Keluargaku tak pernah memaafkannya. Barangkali mereka tak sanggup menerima bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya. Mereka tak bisa mengerti bahwa aku sanggup tetap mengasihi orang yang telah mengucilku ke mari.

Karakter tokoh aku dalam penggalan novel Raumanen di atas adalah ... .
a. pemaaf dan setia
b. sabar dan lembut
c. setia dan serius
d. lembut dan perasa
e. perasa dan acuh tak acuh

2. DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

Caya-Mu panas suci
tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Chairil Anwar
Tema puisi tersebut adalah ... .
a. kekecewaan
b. ketuhanan
c. keheningan
d. kesedihan
e. kerelaan

3. Wak Katok berumur lima puluh tahun. Perawakannya kukuh dan keras, rambutnya
masih hitam, kumisnya panjang dan lebat, otot-otot tangan dan kakinya
bergumpalan. Tampaknya masih serupa orang berumur empat puluhan saja. Bibirnya
penuh dan tebal, matanya bersinar tajam. Dia juga ahli pencak dan dianggap dukun
besar di kampung. Dia terkenal juga sebagai pemburu yang
mahir.

Harimau! Harimau!, Mochtar Lubis
Watak Wak katok dalam penggalan novel di atas dilukiskan dengan cara ... .
a. pengarang dengan langsung menganalisis watak pelaku
b. perbincangan pelaku lain terhjadap pelaku utama
c. bagaimana reaksi pelaku itu terhadap suatu kejadian
d. melukiskan keadaan sekitar pelaku
e. bagaimana pendapat pelaku lain terhadap pelaku utama

4. Sukri meraba pisau belati dipinggangnya. Dia menanti bis melintas di halte. Kemudian tidak lama setelah itu sebuah bis berhenti. Dia melompat naik ke dalam bis. Dia duduk di pinggir dekat jendela. darahnya masih tetap mendidih. Dia raba pisau belatinya. Dia lihat dari balik kaca bis, skuter menyelip bis yang ditumpanginya. Dia marah melihat skuter itu. Dia raba pisau belati di pinggangnya. Dia buka pintu pagar rumah Sumarni. Dia lihat skuter diparkir di pekarangan. Sumarni duduk berdua dengan pengendara skuter itu. Dia menyelinap di balik belukar mawar.
Sukri Membawa Pisau Balati, Hamsad rangkuti
Watak Sukri dalam penggalan cerita di atas adalah sebagai berikut, kecuali ... .
a. penghayal
b. pendendam
c. pendusta
d. pencemburu
e. pemarah

5. " Rukiah tidak bersekolah itu bukan salah hamba, melainkan salah kakanda sendiri, sudah berapa kali hamba minta kepada kakanda, supaya anak itu disekolahkan, tetapi kakandalah yang tak suka, karena tak baik, kata kakanda anak perempuan pandai menulis dan membaca suka menjadi jahat. Sekarang hamba yang disalahkan.
Kasih tak Sampai
Nilai budaya yang sesuai dengan petikan novel di atas adalah ... .
a. anak perempuan harus bersekolah
b. anak perempuan suka jahat
c. anak perempuan pandai menulis
d. anak perempuan tidak perlu sekolah
e. anak perempuan tidak baik sekolah

6. .... .
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Kerawang - Brkasi

Amanat yang tampak dalam penggalan puisi di atas adalah ... .
a. Hargai jasa para pemuda yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan
b. Supaya kita selalu mengingat nama-nama para pahlawan kemerdekaan
c. Wapada terhadap segala gangguan yang dapat merusak citra bangsa
d. Hendaknya bersiaplah untuk gugur demi membela bangsa dan negara
e. Hendaknya kita menguburkan dengan wajar tulang-tulang mereka

7. Pertama-tama yang akan saya temui lebih dahulu ialah ninik mamak, pemangku-pemangku adat negeri-negeri yang kita sebutkan tadi, sebab di daerah ini orang-orang adat itu masih kuat sekali kedudukannya. Bukan mereka tidak mau ditinggalkan, tetapi anak kemenakan mereka tidak mau meninggalkan. Umpamanya, kalau ada orang yang menyuruh bergotong royong, mereka menjawab," Ninik mamak saya belum mengatakan...."

Panggilan Tanah Kelahiran, Datuk B. Nurdin Yakob
Nilai budaya dalam penggalan novel di atas adalah ....
a. Selau bergotong royong dalam melakukan sesuatu di masyarakat
b. Menjungjung tinggi adat-istiadat di lingkungan masyarakat
c. Selalu menghargai pendapat para tokoh masyarakat di sekitar itu
d. Pemangku adat di negeri itu sangat kuat kedudukannya
e. Pemangku adat di sekitar itu selalu ingin dihargai dan dihoemati

8. "Siapa yang memberimu makanan ini?"
"Martin. Pemiliknya."
"Nanti kuucapkan terima kasih kepadanya."
"Tak usah," kata anak itu, aku sudah mengucapkannya."
"Nanti kuberi dia daging perut ikan besar," kata lelaki tua itu. "Apakah dia memberi kita makanan lebih dari sekali ini?"
"Kukira begitu."
"Kalau begitu aku harus memberinya lebih dari sekedar daging perut. Ia rupanya sangat memikirkan kita."
"Ia pun memberi dua bir."
"Aku suka yang dalam kaleng."
"Ya, aku tahu. Tapi ini yang dalam botol, bir Hatuey, dan kukembalikan botol-botolnya."
"Kau anak baik," kata lelaki tua itu. "Kita makan sekarang?"
"Sudah sejak tadi kuajak kau," anak itu menjawab dengan sopan, "aku takakan membuka panci ini sebelum kau siap."
"Sekarang aku siap," kata lelaki tua itu, "tinggal membasuh tangan saja aku tadi."

Nilai moral yang terdapat pada penggalan cerita itu adalah ... .
a. membalas budi kebaikan orang dengan keramahan *
b. memberi sesuatu sebagai imbalan
c. pemberian minuman sebagai tanda senang
d. sikap hormat kepada orang tua
e. berbuat baik sesama manusia

9. " Aku tidak akan meminta yang bukan-bukan, Sukri. Kemiskinan telah membikin aku
terbiasa untuk menerima apa adanya. Kau tidak usah memikirkan kado. Dirimu adalah kado perkawinanku yang berharga. Apabila aku sebagai istrimu aku telah bahagia. Jangan pikirkan kado yang tidak-tidak.

Watak tokoh aku dalam penggalan cerita di atas adalah ... .
a. pasrah dan penurut
b. penurut dan sabar
c. sabar dan setia
d. setia dan taat
e. lugu dan jujur

10. "Suria! Hal sekecil itu sudah menerbitkan marahnya, remah anaknya telah menyempitkan merihnya! Akan tetapi hal lain-lain, yang patut dan mesti diperhatikan, hampir tiada pernah diperdulikannya. Rumah tangga! Begini sulitnya urusan rumah tangga, begini susahnya hidup sekarang ini, Suria berlaku bagai acuh tak acuh juga. Yang dipentingkan hanyalah kesenangan dirinya. Burungnya lebih perlu kepadanya daripada anak-anaknya. Hampir tak pernah ia bertanya, bagaimana sekolah Aleh dan Enah.... "
Dari Katak Hendak Jadi Lembu
Penyebab konflik dalam kutipan novel tersebut adalah ... .
a. Suria sibuk dengan pekerjaannya
b. Suria menghadapi banyak masalah
c. Aleh dan Enah susah diurus oleh ibunya
d. Suria mementingkan pemeliharaan burungnya
e. pertengkaran Suria dengan istrinya yang berkepanjangan

11. Gunung tinggi diliputi awan
Berteduh langit malam dan siang
Terdengar kampung memanggil taulan
Rasakan hancur tulang belulang

Maksud penggalan puisi di atas adalah menggambarkan ... .
a. keindahan gunung yang menjulang tinggi
b. kerinduan yang mendalam kepada kampung halaman
c. perkampungan yang dipayungi awan biru yang indah
d. keindahan gunung yang puncaknya selalu berawan
e. seakan kampung halaman memanggilnya

12. Percakapan itu lancar, mengiringi gerak dan sentuhan bidan yang pasti dan ahli memeriksa payudara pasien, pernafasan, mata, tenggorokan. Kemudian mencuci tangan, mengenakan pelindung dari karet.
"Anaknya berapa, Bu?"
"Lima."
"Wah, sudah banyak! Mengikuti Ka-Be atau tidak?"
Pasien itu tidak segera menyahut. Lalu berkata sambil membuang pandang.
"Suami saya tidak mau."
"Euh!" bidan mengeluarkan bunyi sesalan."Ya, dia sih enak saja.! Ibu yang cape!"
Ditanya umur, rumah, nama anak-anaknya. Tiba-tiba bidan itu memandangi wajah pasiennya lagi, seakan-akan mencari satu pengenalan. Ya, benar! Pasien ini sudah pernah diperiksanya.
Etah berapa kali. Barangkali setiap kali beranak.!

Permasalahan dalam penggalan cerita di atas adalah... .
a. agar setiap bidan tidak selalu membicarakan masalah pribadi pada saat bertugas
b. agar setiap bidan tidak bertanya tentang jumlah anak pasiennya
c. agar setiap orang tidak memandang rendah kehidupan orang lain
d. agar setiap ibu merencanaka dan membatasi kehamilannya dengan mengikuti KB
e. agar setiap bidan bersikap ramah, sopan, dan bertindak sesuai dengan tugasnya

13. Rapiah dan mertuanya tidak pernah keluar rumah. Sekalian orang yang datang bertandang sudah mengetahui bahwa mereka tak usah lagi mengetuk pintu atau berseru-seru di beranda muka, melainkan bolehlah terus ke belakang saja buat menemui orang rumah.
Seorang pun di antara segala sahabat Hanafi tak datang ke rumahnya, karena selama ini yang dicari oleh mereka hanyalah Hanafi saja, sedang ahli rumahnya yang lain hanyalah berguna buat menyediakan hidangan belaka.
Kedua perempuan itu, mertua dan menantu, sedang asyik bekerja di dapur. Syafei tidur nyenyak dalam buaian di beranda belakang, diayun-ayun oleh si Buyung.
Salah Asuhan
Nilai moral dalam penggalan novel di atas adalah ... .
a. masuk rumah orang tidak perlu minta izin dulu
b. mertua dan menantu harus rukun dan damai
c. seorang menantu harus taat kepada mertua
d. perempuan lebih banyak berperan dalam rumah tangga
e. tamu yang diterima hanya untuk suami saja

14. Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu yang perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka; cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Hartoyo Andangjaya
Pokok masalah dalam penggalan puisi di atas adalah ... .
a. ibu-ibu rumah tangga yang gagah perkasa
b. ibu-ibu yang mencari nafkah ke kota
c. ibu-ibu pedagang sayur dari sebuah desa
d. ibu-ibu rela berjuang demi menghidupi keluarganya
e. ibu-ibu pejuang yang rela mengorbankan tenaganya

15. Aku membaca tulisan yang berjudul Psychologi. Ia tampak malu, menghindari pertanyaan, tanpa kata terucap, tipe seorang ibu yang baik.
"Aku suka kau tidak merokok atau tidak minum-minuman keras"
" Itu tidak bisa dikatakan jelek."
"Yah, mungkin aku lupa menghentikannya" Aku berharap ia tidak memikirkan hal itu.
Jodoh yang Sempurna
Nilai budaya yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia dalam penggalan cerpen
terjemahan di atas adalah ... .
a. membaca buku
b. merokok di depan orang
c. minum-minuman keras sambil merokok
d. merokok sambil berbicara
e. merasa malu

Sabtu, 01 Oktober 2011

PREDIKSI UJIAN NASIONAL 2012

MODUL I BAHASA INDONESIA
OLEH : ARI ATMAJI, M.Pd.

1) Premis Umum : Semua penderita kanker tidak boleh makan makanan yang
berpengawet.
Premis Khusus : Pak Markus penderita kanker
Kesimpulan : …

Kalimat yang tepat untuk melengkapi silogisme tersebut adalah .…
A.Setiap makanan yang berpengawet memicu sel kanker.
B.Pak Markus tidak boleh makan makanan yang berpengawet.
C.Pak Markus harus meninggalkan makanan berpengawet.
D.Pak markus sembuh karena tidak makan makanan berpengawet.
E.Makanan berpengawet tidak boleh dimakan Pak Markus.

2) Pada awal Pelita I penduduk Indonesia berjumlah 120 juta jiwa. Pada tahun 1980 jumlah itu bertambah menjadi 141 juta. Lima tahun kemudian menjadi 164 juta. Pada saat sensus penduduk tahun1990 jumlah itu telah menjadi 179 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,97 % / tahun. Jumlah penduduk diperkirakan akan mencapai 200 juta pada tahun 2000, dan pada PJP II mencapai 267 juta orang.

Kalimat simpulan yang tepat untuk melengkapi paragraf generalisasi tersebut adalah ….
A.Karena itu, jumlah penduduk Indonesia terus berkembang.
B.Jadi, jumlah penduduk Indonesia tidak tetap setiap tahunnya.
C.Karena itu, jumlah penduduk Indonesia sedikit bertambah.
D.Jadi, jumlah penduduk Indonesia tidak dapat diatasi
E.Karena itu, solusinya dengan menggalakkan KB.

3. Dengan hormat,
Sehubungan penetapan lokasi perkemahan yang telah disepakati pada rapat lalu,
dengan ini kami beritahukan adanya perubahan, karena ternyata lokasi yang telah
ditetapkan tidak sesuai dengan lokasi yang perkemahan. Untuk itu, informasi
selanjutnya akan secepatnya kami beritahukan.
.........
Isi berita yang terkandung dalam surat di atas adalah ....
A . lokasi perkemahan telah disepakati bersama
B . informasi tentang lokasi perkemahan
C . penetapan lokasi perkemahan
D . perubahan lokasi perkemahan
E . lokasi perkemahan tidak memenuhi syarat
4. Dari hasil berbagai studi tentang transmigrasi dapat diketahui bahwa
transmigrasi swakarsa murni lebih berhasil. Hal ini terjadi karena para
transmigran swakarsa murni mempunyai tekad dan kemauan untuk memperbaiki
hidupnya. Mereka dapat melihat dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan dan
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.

Pikiran utama paragraf di atas adalah ...........
A . Tekad transmigrasi swakarsa murni.
B . Pemanfaatan fasilitas oleh transmigran.
C . Kemauan transmigrasi swakarsa murni.
D . Keberhasilan transmigrasi swakarsa murni
E . Pemberian kesempatan kepada transmigran.
5. Penyelenggaraan pameran dan promosi akan makan biaya yang tidak sedikit . Oleh
karena itu, biaya itu harus diperhatikan secara cermat dalam perencanaan, agar
tidak terjadi besar pasak daripada tiang.
Makna peribahasa yang digunakan pada penggalan wacana di atas adalah .........
A . Menekan biaya pameran dan promosi agar mendapat hasil.
B . Ongkos pameran dan tidak sebanding dengan hasil.
C . Kebutuhan pameran dan promosi cukup tinggi dan mahal.
D . Biaya pameran lebih tinggi daripada biaya promosi barang.
E . Biaya pengeluaran lebih tinggi daripada hasil yang diperoleh.
6. Ekspedisi Pulau Moyo merupakan ekspedisi kelautan pertama yang di lakukan
orang-orang Indonesia. Sebelumnya, tahun 1984, memang pernah digelar ekspedisi
serupa dengan nama Snellius II. Akan tetapi, ekspedisi yang melibatkan sekitar 450
orang ahli dan tekhnisi ini dilaksanakan bersama ahli-ahli kelautan dari Belanda.
Istilah "ekspedisi" pada paragraf di atas dapat diartikan .........
A . penyelidikan untuk menemukan sesuatu
B . penelitian yang melibatkan para pakar
C . perjalanan untuk mendapatkan informasi
D . penyelidikan sesuatu yang sudah diketahui
E . penelitian sumber daya manusia
7. (1) Eskalator atau tangga berjalan tak asing lagi di toko-toko kota besar (2)
Namun, hasil teknologi maju ini mempunyai dampak negatip. (3) Anak didik usia TK
hingga SD suka sekali bermain dengan naik turun di sini. (4) Sebagian orang tua
kadang-kadang tidak peduli akan perilaku ini. (5) Jika terjadi korban karena
terjepit, pihak toko/pengusaha yang jadi kambing hitam.
Frase atributif yang berimbuhan dalam paragraf di atas terdapat pada kalimat nomor .......
A . 5
B . 4
C . 3
D . 2
E . 1
8. "Insiden" kecil ini mewarnai karya Suwarno, yang kalau tidak salah juga
merupakan disertasinya. Suwarno adalah orang Yogya. Pendeknya, ia hidup di sana
dan merasakan demikian membudaya. Suwarno terlalu mengagumi Hamengku
Buwono IX. Akibatnya buku itu over repetitive, kurang bermutu, dan kurang
perbandingan.
Penggalan resensi di atas merupakan unsur resensi yang menunjukkan .........
A . ketangguhan buku
B . isi pokok buku
C . deskripsi buku
D . kelemahan buku
E . tujuan penulisan buku
9. (1) RSU ini direncanakan merupakan salah satu alternatif tempat pemilihan
pengobatan di kota ini. (2) Di RSU di pasang alat canggih untuk mendeteksi
kelainan jantung. (3) Pengelola RSU berusaha melengkapi pengobatan setingkat
RSU di kota besar. (4) Jika pertambahan penduduk meningkat 2% per tahun, RSU
ini menjadi alternatif pertama dalam pemulihan kesehatan. (5) Ada asuransi bahwa
pelayanan kesehatan bermutu lebih mudah dikenal dari kecanggihan infrastruktur
klinik maupun rumah sakit.
Kalimat yang mengandung fakta tersebut pada nomor .........
A . 1
B . 2
C . 3
D . 4
E . 5
10. Kalimat berikut yang termasuk kalimat majemuk bertingkat adalah .........
A . Saya bersedia membicarakannya, tetapi ia menolak.
B . Orang miskin itu hidupnya sangat menderita bahkan anaknya sakit.
C . Kami ingin menyampaikan usul bahwa pembinaan agama harus ditingkatkan.
D . Masalah ini sangat penting, karena itu Anda harus datang sekarang juga.
E . Semua tugasnya diselesaikan dengan baik, karena itu ia mendapatkan bonus.
Penulisan bentuk kata gabung yang tepat terdapat pada kalimat ........
A . Hubungan antar negara sangat terbuka pada era globalisasi.
B . Perdagangan agrobisnis tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi.
C . Pengembangan bioteknologi harus digalakkan untuk mendapatkan nilai tambahan.
D . Wisatawan manca negara akan berkurang ke Indonesia bila keadaan kurang aman.
E . Subsidi silang sangat diperlukan untuk menyantuni penyandang tuna netra.
Bencana ekologi bukan hanya dialami Indonesia, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain.
Yang termasuk perluasan frasa pada kalimat di atas adalah ........
A . tetapi juga oleh
B . bencana Indonesia
C . ekologi bukan hanya
D . bangsa-bangsa
E . bukan hanya dialami

Politik Bahasa Indonesia

1. Mengapa Kita Mempelajari Bahasa Indonesia?
Mengapa bahasa Indonesia masih harus dijadikan mata kuliah dan dipelajari di semua jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi, padahal kini banyak di antara kita sudah belajar berbahasa Indonesia sejak lahir dan secara formal sejak di sekolah dasar, bahkan sejak di taman kanak-kanak? Alasannya tiada lain karena Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pasal 37 Ayat 2 mewajibkan perguruan tinggi menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan kepribadian yang lebih umum disingkat menjadi MPK. Satu di antara beberapa MPK adalah mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebelumnya, mata kuliah Bahasa Indonesia dan sejenisnya diwadahi dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), lalu berkembang menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan terakhir menjadi MPK.
Mengapa pula undang-undang tersebut begitu? Landasan pemikirannya ada dua. Pertama adalah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Kedua adalah Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Dengan perkataan lain, latar belakang mengapa bahasa Indonesia masih harus kita pelajari secara formal sampai di perguruan tinggi adalah adanya dua kedudukan yang dimiliki bahasa Indonesia. Tentu saja, kedua kedudukan tersebut memiliki fungsinya masing-masing.
a. Bahasa Nasional. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki tiga fungsi: (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing.
Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan. Selain itu, rasa bangga memakai bahasa Indonesia dalam berbagai bidang harus selalu kita bina dan kita tingkatkan.
Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia – sebagaimana halnya lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda – mau takmau suka taksuka harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Jadi, seandainya ada orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai ketiga lambang identitas kita ini tentu sedikitnya kita akan merasa tersinggung dan rasa hormat kita kepada orang tersebut menjadi berkurang atau malah hilang. Karena itu, bahasa Indonesia dapat menunjukkan atau menghadirkan identitasnya hanya apabila masyarakat bahasa Indonesia membina dan mengembangkannya sesuai dengan keahlian dalam bidang masing-masing.
Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Karena itu, kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita hindari kalau kita memakai bahasa Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula kita bisa memahami budaya saudara kita di daerah lain.
Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia boleh dikatakan tidak memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Jawa dan bahasa Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas menjadi bahasa nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya seandainya bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional. Mungkin saja terjadi perpecahan perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil. Karena itu, tentu bukan soal jumlah penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke masa depan untuk kebesaran dan kejayaan bangsa; dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

b. Bahasa Negara. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki empat fungsi yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Keempat fungsi bahasa negara adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi pidato kenegaraan.
Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah bahasa Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah boleh (tidak harus) digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar sampai tahun ketiga.
Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini kita berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis, dengan bahasa Indonesia agar orang yang kita tuju dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan kegiatan pembangunan.
Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia. Penyebaran ilmu tersebut akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah atau bahasa asing.

c. Variasi Pemakaian Bahasa. Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan pemikiran diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di perguruan tinggi. Kita dapat mengetahui perbedaan pemakaian bahasa Indonesia tatkala kita membaca koran nasional dan koran daerah, misalnya. Perbedaan itu dapat juga dibuktikan ketika kita pergi ke daerah lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu pula ketika pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan segera tahu adanya perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh yang paling mudah untuk melihat perbedaan pemakaian ini adalah bahasa dalam SMS atau ceting (chatting) dan dalam makalah. Bahasa SMS takketat, bahkan bisa dan boleh semau kita, sedangkan bahasa makalah penuh dengan aturan yang harus kita taati.

d. Perkembangan Bahasa. Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Belanda, Mandarin, Jepang atau bahasa asing lainnya, atau juga bahasa daerah, bahasa Indonesia relatif masih muda. Ia baru lahir pada akhir tahun 1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda. Namun, perkembangannya begitu pesat. Hingga tahun 1988 – berarti enam puluh tahun – bahasa Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak kosakata daerah, terutama Jawa dan Sunda, masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap pada awalnya adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris. Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih berorientasi pada bahasa Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang berasal dari bahasa Belanda, misalnya, tradisionil, formil, sistim. Namun, sejak 1972 – bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) – bahasa Indonesia dalam hal menyerap kosakata asing lebih berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu, kosakata yang berasal dari bahasa Belanda seperti ketiga contoh taklagi dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga kata tersebut adalah tradisional, formal, dan sistem. Pada akhir tahun 1990-an – ketika yang memimpin Indonesia adalah Abdurrahman Wahid – perkembangan kosakata bahasa Indonesia memperlihatkan gejala lain. Pada waktu itu muncul lagi kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata istigosah, akhwat, ikhwan. Perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang kosakata, tetapi juga pada bidang lain seperti istilah atau ungkapan dan peribahasa. Hal tersebut bisa kita temukan dengan membaca Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya. Contoh lain dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran tahun 2000-an. Tahun 1980-90an muncul ungkapan menurut petunjuk, demi pembangunan, dan sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan sebagainya.
Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam resmi. Dalam ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan, perkembangan dalam ragam takresmi lebih pesat, namun juga lebih cepat menghilang. Misalnya, pada tahun 1980-an muncul kata asoy yang berarti ‘asyik’; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas sebagai penegas kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas baru sebagai penegas seperti pada ungkapan PD (percaya diri) lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi yang sebenarnya adalah ‘kembali’ atau ‘sedang’. Tahun 2004 muncul gitu lo atau getho lho, dan semacamnya. Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima penyebab perkembangan makna, yaitu (1) peristiwa ketatabahasaan, (2) perubahan waktu, (3) perbedaan bahasa daerah, (4) perbedaan bidang khusus, (5) perubahan konotasi.
1) peristiwa ketatabahasaan. Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda karena konteks kalimat berbeda.
- Agus pulang dengan tangan hampa.
- Dadang memiliki banyak tangan kanan.
- Tangan Didi sakit karena jatuh.
2) perubahan waktu makna dahulu makna sekarang. Bapak : orang tua laki-laki, ayah sebutan terhadap semua orang laki-laki yang umurnya lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi
canggih: cerewet, bawel pintar dan rumit, modern saudara : orang yang lahir dari ibu dan bapak yang sama sapaan bagi orang yang sama derajatnya, orang yang dianggap lahir dari lingkungan yang sama seperti sebangsa, seagama, sedaerah

3) perbedaan bahasa daerah. Kata atos dalam bahasa Sunda berarti ‘sudah’, sedangkan dalam bahasa Jawa berarti ‘keras’. Kata bujur dalam bahasa Sunda berarti ‘pantat’, sedangkan dalam bahasa Batak berarti ‘terima kasih’, dan dalam bahasa Indonesia berarti ‘panjang’.

4) perbedaan bidang khusus. Dalam bidang kedokteran kata koma berarti ‘sekarat’, sedangkan dalam bidang bahasa berarti ‘salah satu tanda baca untuk jeda’. Kata operasi dalam bidang kedokteran berarti ‘bedah, bedel’, dalam bidang kemiliteran atau yang lain berarti ‘tindakan’, dan dalam bidang pendidikan berarti ‘pelaksanaan rencana proses belajar mengajar yang telah dikembangkan secara rinci’.

5) perubahan konotasi. Kata penyesuaian berarti ‘penyamaan’, tetapi agar orang lain tidak terkejut atau marah, kata itu dipakai untuk makna ‘penaikan’. Misalnya penaikan harga menjadi penyesuaian harga.
Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian ejaan. Sejak 1972 bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang dalam kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih banyak terjadi. Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan pemakaian huruf kecil dan huruf kapital; pemakaian singkatan nama diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika diperhatikan, pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna.