Selasa, 13 September 2011

Tugas Bahasa Indonesia


PERJALANAN HIDUP SANG MU’ALLAF
 
Syahdu Suara adzan azhar berkumandan, dengan nada dan lantunan menghantar jiwa ummat manusia, siap melukis sejarah disore hari yang penuh akan hidayah Ilahi.
Ratusan hamba Allah telah berkumpul dalam sebuah masjid yang terletak disebuah jantung kota Sumatra. Duduk dengan ketenangan mensyukuri nikmat sang kuasa dengan penuh harum.

Kedatangan mereka sore itu bukan untuk melaksanakan sholat berjama’ah. Melainkan untuk menjadi saksi Allah menyambut seorang wanita Kristen yang hendak menelusuri Agama Allah sebagai seorang Muallaf. Adzan telah selesai berkumandan. Hening sejenak sampai akhirnya seorang ustadz memecahkan keheningan.

Melani……
Sapa ustadz hafidz memanggil namax. Melani menoleh dengan perasaan yang tak menentu terlihat sebuah senyuman menyapa setiap orang ada di sekelilingnya.

Melani sudah siap menjelajah agama Islam dengan kedua kalimat syahadat…?
Ujar ustad hafidz, memastikan melany mengangguk pasti sebelum kemudian menjawab.

Aku tidak sabar menjadi tamu Allah….. Ujar Melany pelan.

Alhamdulillah…. Akhirnya kalimat itulah yang terlantun dari bibir para hadirin yang datang.

Baiklah, melany tolong ikuti saya membaca kalimat syahadatnya yaaa…

Pinta ustadz hafidz seraya membenahi posisi duduknya.

Izinkan melani untuk mencoba menbaca dua kalimat syahadat sendiri, melani sudah sering mendengar kalimat syahadat. Pinta melany…..

Subhanallah silahkan melany, dengan senang hati kami mengizinkan…

Jawab UStadz Hafidz ragu..

Melany tersenyum senang, dia memulai memejamkan kedua matanya. Seraya mengangkat kedua tanganya keatas. Melany meneteskann tunangan air mata… dan memulai doanya..

Tuhan Izinkan Melany bertemu dan menjelajah agamamu, Demi Allah Aku relakan agama dan keluargaku dalam kekafiran.. demi keselamatanku setelah kematian datang.
Tunjukkanlah jalanmu walau hidup ini akan kulalui hanya seorang diri. Karana Q yakin Engkau di hatiku

Kalimat Syahadat……….

Melany bersujud setelah mengucapkan kedua kalimat syahadatnya, bagaimanapun ada segurat kesedihan dalm dirinya., ketika harus merelakan keluarga yang begitu mencintainya.. Kini mengusir melany dari rumah yang megah. Kini melany menghabiskan waktunya mencari makna sebuah kesabaran dengan kemiskinan, uang yang dimiliki melany telah habis, sehingga melany harus menjadi seorang pengemis di pinggir jalan, bahkan melany juga tidak jarang mencari makan untuk hari ini hingga kerumah rumah yang terletak dipinggir jalan. Hinggga pada suatu hari Melany mengemis kepada sebuah pengasuh dipentren terkenal. Para santri wati bisa memanggil beliau dengan sebutan umi. Disore itu melany bertemu dengan sang pengasuh, dan mengharap sang pengasuh memberinya makan. Benar saja Umi menawarinya makan.

Disela makan bersama Umi, mereka menyelinginya seraya berbincang-bincang. Melany menceritakan pengalaman hidup yang sedang merantau seorang diri. Umi mendengarkan dengan perasaan iba, hingga saat itu pun Umi menyuruh Melany untuk tetap tinggal di rumahnya.

Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Melany terus berusaha untuk mendalami agamanya. Melany juga mendapat izin mengajar di lembaga Sekolah Dasar dengan mata pelajaran umum. Gaji yang Melany dapatkan digunakan untuk mebeli beberapa buku pengetahuan yang mempelajari tentang ajaran-ajaran agama islam.
Dikala adzan berkumandang, segala kesibukan Melany tinggalkan untuk menyampaikan keluh kesahnya serat usaha syukurnya kepada sang Kholiq. Segalanya Melany hadapi dengan penuh kesabaran.

Sering kali dalam berbagai aktifitas Melany, beberapa orang yang begitu membencinya datang untuk memaki dan mengolok-ngoloknya.
Seperti pada kesibukan Melany yang tengah mebaca sebuah buku Filsafat Kenabian, Tiara datang merampas buku yang ada dalam genggaman Melany. Tanpa basa-basi Tiara langsung memaki Melany yang sedang terkejut.

“Tiara berkata” : Mel… kamu tahu apasih tentang Agama ??? Sok taqwa banget jadi orang !!! “Gretak Tiara”.

“Melany menjawab” : Tiara, aku bukannya sok taqwa, tapi aku benar-benar ingin belajar menjadi Hamba Allah yang bertaqwa….”

“Tiara berkata” : “ Taqwa sama siapa …??? Sama Tuhan Yesus kamu itu …??? Atau kamu cuma mencari perhatian …??? “Cela Tiara lagi”.

“Melany menjawab” : “Maksud kamu apa Tiara …??? “ Tanya Melany tanpa menduga ucapan Tiara.

“Tiara berkata” : Alah … sudah deh, ga’ usah berlebihan jadi orang. Kamu itu kafir, mana tahu tentang Agama ??? Palilng-paling yang dibaca ketika sholat juga do’a kamu ketika menghadap ke Tuhanmu Yesus ….!!!?? “Ucap Tiara ketus, seraya melemparkan buka yang dipegangnya ke lantai.

“Astaghfirullah ………” (gumam Melany dalam hatinya).

Ya ampun Mel …??? Udah deh, kalok kafir ya kafir aja … ga’ usah blagu ! ngerti kamu !
(lanjut Tiara seraya meninggalkan Melany yang  masih tertegun menatap bukunya di lantai).
Ini bukanlah pertama kalinya Melany diperlakukan seprti itu. Namun, sebuah buku yang terus dibacanya memberi sebuah pelajaran untuk selalu bersabar. Karena Allah senang memberi cobaan kepada hambanya yang bertaqwa.
Diam-diam Umi yang mengajari Melany perihal Agama kagum kepada Melany, beliaulah yang senan tiasa membimbing Melany untuk menyempurnakan ibadahnya.
Melany juga tidak pantang menyerah ketika harus mempelajari kitab-kitab kuning.
Hingga beberapa bulan kemudian Umi menyuruh Melany untuk mewakilinya menjadi imam di Musholla Pesantren. Semakin lama usia Umi semakin tua dan kesehatan Umi juga sudah mulai terganggu. Maka ta’ jarang ketika Melany harus menggantikan Umi mengajar kitab kuning kepada santri wati. Awalnya Melany merasa keberatan, namun melihat keadaan Umi, Melany akhirnya mau mengajar beberapa kitab kuning yang diketahuinya. Bahkan Melany juga sering mendampingi Umi ketika mendapat undangan diberbagai daerah. Hingga banyak orang yang menganggap bahwa Melany adalah putri sulung Ibu Pengasuh. Satu hal lagi yang dapat meyakinkan setiap orang bahwa Melany adalah putri sulung Ibu Pengasuh, yaitu kealiman dan ketaqwaannya ketika beribadah bersama.

Selang beberapa bulan kemudian keadaan Umi semakin hari semakin melemah. Seminggu yang lalu Umi dilarikan ke rumah sakit, kini kondisinya semakin memburuk karena penyakit jantungnya yang sudah di stadium akhir. Disuatu malam, angin berhembus kencang menembus jendela-jendela yang ada dan menebar dedaunan yang ada di taman rumah sakit. Sanak saudara dan keluarga berkumpul dalam sebuah ruangan rumah sakit. Umi menerawang dan menatap Melany yang terlihat lelah, terbata-bata Umi mulai mengucapkan sesuatu kepada Melany : “Melany, jaga rumah dan pesantren baik-baik, Umi titipkan semuanya kepada Melany, do’akan Umi tenang Nak …”. Umi mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan linangan air matanya. Mulai menyempurnakan kalimat Syahadatnya sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Melany menangis tersedu-sedu, begitu pula sanak saudara dan para santri wati….

Di pagi hari yang cerah, Melany tampak menangis memeluk batu nisan seorang pengasuh yang telah membimbingnya menuju jalan lurus sang ilahi…
Kini semua menangis mengantarkan Umi pada peristirahatan yang terakhir. Tangisan, canda dan tawa merasuk khusuk kedalam jiwa sang Mu’allaf. Bunga berguguran melepas kepergian bunda yang telah tiada. Satu masa yang telah berlalu akan mengukir menjadi sejarah tentang perjalanan seorang mu’allaf yang hidup sebatang kara, berjuang mencari jalan ilahi yang berawal dari hidupnya sebagai seorang pengemis, hingga akhirnya menjadi seorang pengasuh besar dalam sebuah pesantren. Dalam tangisan Melany tersenyum mencoba tegar, Melany becengkrama di depan makam sang Ibunda.
“Umi ….Melany tahu, Umi pasti tengan dan bahagi di sisi Allah……….!???
Sampaikan salam Melany untuk sang Ilahi… semoga Melany diberi ketegaran menjalani amanahmu … selmat tinggal Umi …………

1. Sebutkan dan jelaskan unsur intrinsik pada cerpen di atas! 
2. ceritakan kembali isi cerpen di atas ! 


0 Responses to “Tugas Bahasa Indonesia”

Posting Komentar